Jumat, 18 Mei 2018

Tips Bernafas Saat Melakukan Pendakian

Bernafas adalah inti dari olah raga apapun, termasuk memanjat gunung, bahkan inti dari kehidupan mahluk hidup tersebut sendiri. Tanpa bernafas maka otot tak mungkin dapat digerakkan dan insan akan mati. Klise memang, namun penerapan dalam praktik tidak sesederhana itu. Teknik pernafasan masih sering dirasakan remeh.

Kadar oksigen di gunung lebih tipis dikomparasikan di dataran rendah; kian tinggi suatu tempat maka kian tipis kadar oksigennya. Tak heran tidak sedikit pendaki, yang telah biasa memanjat gunung sekalipun, bernafas terengah-engah.

Berjalan dan bernafas saat memanjat gunung terasa jauh lebih berat dikomparasikan berjalan dan bernafas di dataran rendah. Bagi menghasilkan tenaga perlu oksigen dan oksigennya tersebut sendiri yang tipis. Karena itu, kiat bernafas yang benar menjadi penting.

Banyak orang bernafas pendek-pendek saat memanjat gunung, bernafas di kerongkongan saja, tidak banyak saja hirupan nafas yang sempat singgah sampai ke perut. Mungkin tahu teori bernafas yang benar tapi susah jadi kelaziman saat memanjat gunung secara langsung.

Efeknya, nafas megap-megap dan tenaga yang dapat diproduksi tubuh menjadi sedikit. Kelelahan amat sangat, salah satunya, dampak salah dalam kiat bernafas.

Berdasarkan praktik langsung di gunung, termasuk ilham dari pelajaran seni olahraga pernafasan laksana Mahatma, Budi Suci dll, serta serangkaian eksperimen di gunung, dan sekian banyak  sumber bacaan, pengarang merumuskan kiat bernafas yang tepat saat memanjat gunung.

Barangkali kiat yang lebih tidak cukup sama, baik disadari atau tidak, sudah diterapkan oleh tidak sedikit pendaki saat memanjat gunung. Tidak terdapat salahnya diamati bersama. Andai ada empiris yang sama atau bertolak belakang silakan dikatakan di kolom komentar.

Paling tidak cukup ada tiga teknik atau kelaziman bernafas manusia: pernafasan dangkal/pendek/cepat (dari mulut/hidung sampai dada), pernafasan diafragmatik di bawah tulang rusuk atau hulu hati, dan pernafasan dalam (dari mulut/hidung sampai perut tidak banyak di bawah pusar).

Teknik yang sesuai saat memanjat gunung, dari empiris penulis, ialah pernafasan diafragmatik. Otot diafragma sedang di bawah tulang rusuk, berbentuk laksana kubah, serupa payung. Bernafas dengan cara ini perlu tekniknya tersendiri supaya hasilnya maksimal.

Bernafas dangkal/pendek/cepat di kerongongkan/dada tak sesuai karena tidak banyak dapat menyerap oksigen. Sementara bernafas dalam di perut di bawah pusar sangat bagus dalam menyerap oksigen akan namun prosesnya lebih lambat dan tidak praktis.

Inti kiat pernafasan yang baik memang bagaimana metodenya mendapatkan oksigen sebanyak barangkali dari tiap udara yang dihirup. Oksigen itu akan dipakai untuk proses katabolisme (penguraian) gula (glukosa) dalam darah, sampai-sampai ATP atau Adenosine Triphosphate dapat didapatkan untuk menyuplai energi bikin sel-sel tubuh.

Pernafasan diafragmatik boleh disebutkan ada di tengah-tengah antara pernafasan dangkal dan dalam. Caranya: gunakan tiga cara ketukan (1-2-3) masa-masa bernafas: satu ketukan ketika menghisap udara melewati hidung, dua ketukan ketika udara disangga di diafragma, dan tiga ketukan ketika nafas dikeluarkan lewat mulut secara berangsur-angsur. Tandanya berhasil, perut di bawah dada bakal naik-turun mengempis-mengembang.

Hirup udara melewati hidung (1 ketukan), ini supaya udara bisa disaring kesatu-tama oleh bulu hidung, tidak seluruh partikel bisa masuk laksana halnya mencium udara lewat mulut, tahan di diafragma (2 ketukan), kemudian hembuskan perlahan melewati mulut (3 ketukan). Biarkan udara tertahan sejumlah saat di diafragma, tidak langsung dihembuskan ke luar.

Variasi lain, bila sulit mencium udara lewat hidung dan mengeluarkannya lewat mulut, udara dicium lewat hidung dan dikeluarkan lagi lewat hidung pula. Inipun dalam praktik kadang sulit, sebab sering tanpa sadar nafas dihisap lewat mulut dan dikeluarkan lewat mulut pula.

Ada lagi trik supaya metode ketukan bernafas diafragma benar dan disiplin, artinya, tidak terpancing bernafas pendek lewat mulut, yaitu: gunakan buff atau masker. Ini bakal "memaksa" seseorang mencium nafas lewat hidung, lebih mudah menyangga sebentar udara di diafragma, dan mengeluarkannya lagi lewat hidung.

Penerapan ketika berjalan memang perlu pembiasaan atau latihan. Rumusnya: tiga tahapan berjalan satu kali bernafas diafragma. Otomatis berjalannya tidak dapat (dan memang tidak dianjurkan) secara cepat atau tergesa-gesa. Berjalanlah dengan pelan namun konsisten, bukan grasa-grusu.

Berjalan terlampau cepat saat memanjat gunung bakal mengacaukan penataan teknik bernafas dan proses aklimatisasi, yang berdampak sedikitnya oksigen yang terbelenggu dalam darah, sehingga berdampak susulan sedikitnya energi yang bisa diproduksi oleh tubuh. Akibat lain, rawan kecapekan amat sangat, menguap, kram otot, pingsan, stroke dan henti jantung.

Bila kiat bernafas diafragma dilaksanakan dengan benar, maka kegiatan mendaki gunung bakal terasa jauh lebih menyenangkan, lebih bertenaga, dan tidak terlampau terengah-engah. Perjalanan bisa dinikmati dengan maksimal. Untuk informasi transportasi gunung slamet bisa menghubungi nomor ini 0812-8005-3166 (Whatsapp)


Tags : info gunung slamet terbaru, info pendakian gunung slamet desember 2023, status gunung slamet 2023, informasi gunung slamet, berita gunung slamet 2023, kondisi gunung slamet 2023, aktivitas gunung slamet, open trip gunung slamet 2023

Selasa, 15 Mei 2018

Kenali Acute Mountain Sickness

Mendaki gunung adalahsebuah kegiatan di luar ruangan yang lumayan populer untuk masyarakat Indonesia. Bahkan kegiatan mendaki gunung biasanya dijadikan kegemaran yang rutin dilaksanakan oleh beberapa orang.

"Namun dalam memanjat gunung, kita pun harus memperhatikan situasi tubuh kita, apakah pantas untuk memanjat atau tidak. Kenali juga sekian banyak  penyakit yang nantinya dapat menyerang pada ketika pendakian. Penyakit ini biasa dinamakan altitude illness atau penyakit ketinggian," kata Mountain Guide di Indonesia Expeditions, Rahman Muchlis pada acara 'Sharing Tips dan Pengalaman Mendaki Gunung di Atas 4.000 mdpl' di Consina Store Buaran, Jakarta, Sabtu (25/2/2017). 
Kenali Acute Mountain Sickness
Kenali Acute Mountain Sickness 


Penyakit elevasi yang seringkali menyerang semua pendaki di atas gunung ialah Acute Mountain Sickness atau biasa dinamakan AMS. "Hal-hal yang dapat menyebabkan pendaki terpapar penyakit ini ialah daya tahan tubuh pendaki terhadap perbedaan elevasi dan kecepatan pemanjatan yang tidak teratur," ujar Rahman. Menurut fenomena dan levelnya, AMS masih terbagi menjadi tiga kelompok yakni AMS ringan, AMS sedang dan AMS berat. 

Rahman menyatakan bahwa sejumlah 75 persen permasalahan yang ada, AMS ringan seringkali terjadi pada ketika pendaki memasuki elevasi 3.000 - 4.000 mdpl. Gejala timbulnya AMS ringan seringkali muncul 12-24 jam sesudah pendaki mendarat di elevasi tersebut. 

Gejala yang muncul seringkali berupa sakit kepala, mual, kehilangan nafsu makan, sesak nafas, istirahat terganggu, dan beda sebagainya. Solusi untuk menanggulangi hal ini ialah pendaki mesti tetap sadar dan tetap melakukan kegiatan ringan. "Disarankan guna tidak langsung tidur andai mengalami fenomena tersebut," kaa Rahman. Sementara AMS sedang, lanjut Rahman, bakal menyerang pendaki bila fenomena pada AMS rendah tidak terselesaikan dengan baik. Biasanya fenomena yang hadir pada AMS sedang, pendaki akan menikmati sakit kepala parah, mual disertai muntah, penurunan kesadaran (ataksia), dan beda sebagainya.  

Solusi andai pendaki merasakan gejala-gejala tersebut, segeralah turun ke lokasi yang lebih rendah guna proses penyesuaian elevasi atau aklimatisasi. "Hal ini mesti dilaksanakan untuk menghindari fenomena ataksia menjangkau titik puncaknya di mana si penderita tidak akan dapat berjalan dengan normal," ujar Rahman. Rahman melanjutkan, AMS berat terjadi saat si penderita merasakan sesak nafas dan kehilangan kesadaran total (penurunan kedudukan mental). Dalam permasalahan ini, pendaki tersebut telah tidak sadarkan diri dan mesti segera ditandu mengarah ke tempat yang lebih rendah dan mesti ditangani serius oleh petugas medis. 

"Sebenarnya guna menghindari penyakit AMS lumayan simpel. Pada ketika mendaki, biasakan guna berjalan cocok ritme, tidak terburu-buru atau tergesa-gesa. Hal ini berguna untuk tubuh membiasakan elevasi atau aklimatisasi. Sehingga kerja tubuh pun tetap berlangsung dengan normal," saran Rahman.

Senin, 14 Mei 2018

Tips Mendaki Untuk Pendaki Pemula

Pendakian gunung dijaman sekarang memang sudah menjadi trend atau lifestyle sendiri oleh kalangan anak muda. Banyak anak muda sekarang berlomba - lomba untuk mendaki gunung sebanyak mungkin untuk mendapatkan kepuasan tertentu. Kepuasan tertentu antara lain mendapatkan banyak dokumentasi foto, ada juga yang ingin menenangkan diri ataupun yang ingin berlibur mengisi waktu kosong.

Untuk kalian yang ingin mendai gunung pertama kali wajib sekali memperhatikan tips mendaki untuk pendaki pemula ini. Berikut tipsnya :

1. Mengecek lokasi pendakian
Ketahui kondisi lokasi yang akan didaki, seperti tempat, provinsi, akses transportasi apa saja yang akan digunakan untuk mencapai lokasi titik start pendakian. Jangan sampai salah menggunakan transportasi, bisa - bisa seharusnya ke basecamp pegunungan malah ke mall atau ke laut. Hahah. Gak banget kan.

2. Olahraga minimal sebulan sebelum pendakian
Usahakan sebelum melakukan pendakian gunung, sebisa mungkin minimal sebulan berolahraga terlebih dahulu. Walaupun hanya putar komplek atau putar lapangan sepak bola. Yang pasti jangan sampai badan kita merasa kaget baru pertama kali mendaki.

3. Bawa barang yang dibutuhkan
Bawalah barang - barang yang dibutuhkan untuk mendaki. Jangan sampai barang yang dirasa tidak penting dibawa hingga naik ke atas, yang bisa hanya bikin berat tas kamu saja.

4. Sleeping bag dan tenda
Gunung selalu memiliki suhu dingin pastinya. Pastikan membawa sleeping bag untuk diri sendiri dan juga pastikan setiap kelompok membawa tenda yang sesuai kapasitas dan juga bawalah tenda yang bisa menahan hawa dingin. Jangan sampai membawa tenda yang untuk berkemping di depan rumah, yang ada bisa - bisa masuk angin atau kena embun ataupun roboh di tengah malah. Kan ribet.

5. Membawa jaket sesuai kebutuhan
Sama halnya seperti sleeping bag dan tenda, bawalah sesuai kebutuhan. Untuk gunung gunakan jaket waterproof dan windproof hal ini guna untuk melindungi hujan dan menahan suhu dingin gunung.

Berikut tips dari kami semoga berguna.



Apabila membutuhkan informasi transportasi gunung slamet bisa menghubungi nomor ini 0812-8005-3166 (Whatsapp / SMS)

Tags : info gunung slamet terbaru, info pendakian gunung slamet desember 2023, status gunung slamet 2023, informasi gunung slamet, berita gunung slamet 2023, kondisi gunung slamet 2023, aktivitas gunung slamet, open trip gunung slamet 2023